Seperti yang sudah diketahui bahwa
pada umumnya tenaga kerja selalu berusaha dengan keras dalam melaksanakan
aktivitas kerjanya. Tetapi usaha kerasnya tersebut akan diperoleh balas jasa
yang memuaskan kepada tenaga kerja tersebut. Namun jika balas jasa yang
diberikan tidak memuaskan maka para tenaga kerja tidak akan berusaha dengan
keras dalam melaksanakan aktivitasnya.
Di setiap perusahaan, baik pada
skala kecil, menengah dan besar imbalan balas jasa kepada karyawan selalu
merupakan hal fundamental bagi karyawan perusahaan bersangkutan. Dan di jaman
serba modern ini ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi, transportasi terus
berkembang ditambah lagi dengan pemikiran kritis terhadap keadilan sosial dalam
hubungan antarmanusia maka isu kompensasi makin menjadi kompleks. Karena itu
dalam pengendalian manajemen, harus diterapkan sistem imbalan yang fair atau
sesuai untuk karyawan atas kerja kerasnya.
Dalam praktik, banyak sistem
kompensasi yang tidak dihubungkan dengan prilaku manusia agar mengarah pada
tujuan organisasi atau memberikan balas jasa yang bertentangan dengan pelilaku
untuk pencapaian tujuan. Manajemen dan dewan komisaris harus merancang rancana
kompensasi insentif bagi para tenaga kerja sehingga dapat menghindari kesalahan
dalam pemberian insentif dan bonus.
Manajemen organisasi biasanya
menghadapi masalah dalam memotivasi manusia yang bekerja dalam organisasi agar
mereka mengarah pada pencapaian tujuan stakeholders atau keuntungan maksimal.
Manajemen organisasi mau mencapai tujuan stakeholders, jika tujuan pribadinya
juga tercapai. Salah satu tujuan manusia bekerja dalam organisasi adalah untuk
memperoleh kompensasi atau balas jasa. Balas jasa adalah gaji dan tunjangan
yang diberikan pada para karyawan, yaitu mencakup gaji pokok dan tunjangan
langsung maupun tidak langsung misalnya bonus, bagian laba, pensiun, asuransi
jiwa, kendaraan, perumahan, pengobatan, makanan-minuman. Balas jasa merupakan
intensif untuk mencapai tujuan pribadi para karyawan. Jika dihubungkan masalah
kompensasi ini dengan sistem pengendalian manajemen, kompensasi memberikan
pengaruh besar dalam menjalankan suatu usaha atau organisasi. Karena setiap
individu berpacu melaksanakan prestasi yang terbaik untuk organisasi demi
mendapat pembalasan jasa yang setimpal. Oleh karena itu pengendalian manajemen
secara berkesinambungan berhubungan dengan masalah kompensasi. Termasuk makin
tinggi tingkat tanggung jawab, tugas dan pengawasan maka makin tinggi pula
tingkat kompensasi yang didapat. Setiap individu termotivasi jika menerima
laporan umpan balik mengenai kinerja, sehingga tujuan perusahaan atau
organisasi tercapai dan mencapai keselarasan tujuan.
Kompensasi bagi manajemen terdiri
dari gaji, bonus, dan fasilitas yang diberikan kepada manajemen sebagai imbalan
terhadap waktu, tenaga, dan fikiran yang dicurahkannya kepada perusahaan.
kompensasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kompensasi resmi (kompensasi yang
diberikan perusahaan) dan kompensasi tidak resmi (kompensasi yang diterima dari
rekan kerja, misalnya pengakuan tentang prestasinya). Kompensasi yang diatur
dapat diatur secara taktis dapat membantu timbulnya keselarasan tujuan antara
manajemen dengan pemilik. Selain itu kompensasi yang menarik juga berperan
dalam usaha merekrut tenaga yang berprestasi, karena tenaga yang berprestasi
menginginkan kompensasi yang tinggi. Peranan kompensasi yang lain adalah untuk
mempertahankan tenaga yang berprestasi.
Disamping gaji, manajemen diberi
bonus karena beberapa alasan, pertama, bonus dapat meningkatkan kinerja manajemen.
Kedua, bonus merupakan sarana untuk menjaga agar manajer yang baik tidak pindah
ke perusahaan lain. Terakhir adalah manajemen dapat mengatur dan menentukan
kompensasinya sendiri.
Fasilitas bagi manajemen dapat
berupa rumah, mobil, kantor, makan siang, hotel, pesawat terbang, dll.
Fasilitas tersebut membuat hidup manajemen menjadi lebih nyaman dan
kadang-kadang menajemen tidak harus membayar pajak penghasilan. Dilihat dari
segi pajak, fasilitas mobil tersebut dipakai dalam menjalankan kegiatan perusahaan.
sudah tentu, undang-undang pajak tidak akan mengetahui bila mobil tersebut di
gunakan untuk keperluan pribadi begitu juga dengan fasilitas lainnya dengan
catatan perusahaan tidak keberatan dengan hal tersebut.
Dasar penetapan kompensasi.
Hal yang melandasi dasar penetapan
kompensasi bagi karyawan adalah isu-isu sebagai berikut : (Edy Sukarno,
2002:246)
1.
Jumlah kompensasi yang diperlukan
untuk memelihara dan memperbaiki standar hidup pekerja
2. Tingkat kompensasi karyawan
perusahaan dibandingkan kompensasi karyawan lain dengan derajat dan ketrampilan
sama
3.
Kapasitas perusahaan dalam
memberikan kompensasi
Kompensasi
Relatif
Dalam pengendalian manajemen harus
di hayati bahwa, jika mobilitas karyawan bebas sepenuhnya, maka pembayaran upah
relatif yang proposional dipicu oleh persaingan untuk mendapatkan pekerjaan.
Bila karyawan tidak terdidik disuatu perusahaan menerima, katakanlah
Rp.10.000,- perhari dan karyawan di perusahaan lain di wilayah industri yang
sama memperoleh Rp.8.000,- perhari untuk pekerjaan dan kondisi pekerjaan
serupa, maka pekerja dengan kompensasi yang lebih rendah akan pindah ke
perusahaan yang memberikan kompensasi lebih tinggi, atau menuntut kenaikan
kompensasi.
Katak
Loncat (Leap Frogging)
Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, terjadi peluang kerja penuh, jika serikat pekerjanya kuat, upaya
persamaan kompensasi dapat menciptakan proses yang dinamakan katak loncat.
Implikasi katak loncat yakni kompensasi naik terus dan bisa jadi lajunya cukup
tinggi. Andaikata kenaikan kompensasi ditutup oleh peningkatan produktivitas,
laba, dan efesiensi biaya, maka tidak ada masalah bagi perusahaan. Namun, jika
sebaliknya tidak tertutup, maka bisa berdampak kurang kondusif bagi perusahaan.
Situasi ini akan memicu hubungan kompensasi “spiral harga” dan harga saling
berkompetisi ke tingkat yang lebih tinggi.
Kompensasi
insentif
Sistem tingkat upah potong sederhana
dapat digunakan pada karyawan perorangan maupun yang bekerja sama dalam suatu
pekerjaan. Kompensasi yang dibayarkan kepada pekerja merupakan rasio langsung
dengan pekerjaan yang dilakukan.
Tingkat
upah – potong differensial
Sistem ini terdiri dari dua tingkat
upah potong. Yakni tingkat yang lebih tinggi dibayarkan kepada pekerja yang
mencapai standar output tertentu, dan tingkat upah yang lebih rendah dibayarkan
kepada pekerja yang tidak dapat mencapai standar tertentu. Misal standar
keluaran 48 unit perhari dengan upah Rp150,- per unit dan tingkat Rp120,- per
unit bagi yang tidak bisa mencapainya. Pekerja yang mampu membuat 48 unit akan menerima
Rp.7.200,- sedang yang gagal menghasilkan, katakanlah hanya 34 unit akan
menerima Rp.4.080,- konsisi demikian pasti akan memotivasi pekerja untuk
menghindari upah yang lebih rendah.
Insentif dapat digolongkan menjadi
dua yaitu :
1. Insentif positif, secara umum
disebut balas jasa, yaitu hasil-hasil yang mengakibatkan pengingakatan kepuasan
pemenuhan kebutuhan individu karyawan
2. Insentif negatif, atau disebut
hukuman yaitu hasil-hasil yang mengakibatkan penurunan kepuasan pemenuhan
kebutuhan individu karyawan.
Bentuk insentif ada dua yaitu :
1.
Insentif keuangan
2.
Insentif non keuangan
Cara pemberian insentif ada dua
yaitu (Ru Supriyono, 2000:162) :
1. Insentif formal, yaitu insentif yang
ditentukan berdasarkan tujuan, wewenang, tanggung jawab, standar, metode, dan
frekuensi pengukuran kinerja tertentu secara formal
2. Insentif informal, adalah pengakuan
kinerja oleh kelompoknya.
Kriteria yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan insentif formal adalah sebagai berikut:
1.
ukuran-ukuran kinerja harus selaras
dengan tujuan – tujuan stakeholders organisasi
2. para manajer harus dievaluasi
kinerjanya berdasar variabel-variabel yang secara signifikan dapat
dikendalikannya
3.
ukuran-ukuran kinerja harus obyektif
4.
ukuran – ukuran atau standar kinerja
harus menantang namun memungkinkan untuk dicapai
5.
insentif sebaiknya bersaing dengan
yang ditawarkan oleh organisasi yang sebanding
6.
sistem insentif hendaknya sederhana
dan mudah diadministrasikan.
Sistem kompensasi memerlukan alat
pengukur kinerja, alat pengukur kinerja yang baik mempunyai sifat (Ru
Supriyono, 2000:163) :
1.
keadilan
2.
kesederhanaan
3.
keterterimaan
4.
ketercapaian
5.
keefisienan, keefektifan dan
keekonomisan
Alat –alat pengukur kinerja tersebut
ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai sehingga pengukur kinerja bisnis dapat
disusun ke dalam empat perspektif, yaitu (Ru Supriyono, 2000:164) :
Perspektif keuangan
|
|
Tujuan
|
Ukuran kinerja
|
Bertahan hidup
Kesuksesan
Kemakmuran
|
Arus kas
Pertumbuhan penjualan dan laba per
divisi
Peningkatan pangsa pasar dan
kembalian modal
|
Perspektif konsumen
|
|
Produk baru
Pasokan yang responsif
Pemasok utama
Kemitraan dengan konsumen
|
Persentase penjualan produk baru
Persentase penjualan produk yang
dimiliki
Penyerahan yang tepat waktu sesuai
keinginan konsumen
Pangsa penjualan pada konsumen
penting
Urutan penjualan pada para
konsumen
Jumlah kerja sama dalam usaha
perekayasaan produk
|
Perspektif bisnis internal
|
|
Kapabilitas teknologi
Keunggulan pemanufakturan
Produktivitas desain
Pengenalan produk baru
|
Tingkat teknologi pemanufakturan
maju yang digunakan perusahaan dibandingkan para pesaingnya
Mutu, produk, biaya perunit, waktu
daur, hasil
Efisiensi perekayasaan, efisiensi
overhead, eliminasi aktivitas tidak bernilai tambah
Jadwal pengenalan sesungguhnya
dibandingkan yang direncanakan.
|
Perspektif inovasi
|
|
Kepemimpinan teknologi
Daur pemanufakturan
Fokus produk
Waktu ke pasar
|
Waktu untuk mengembangkan
teknologi generasi maju berikutnya
Waktu pengenalan, proses, sampai
kematangan
Persentase penjualan produk
tertentu yang relatif besar dibandingkan total penjualan semua produk
Waktu untuk pengenalan produk baru
ke pasar di bandingkan para pesaingnya
|
Bonus
Premi dan Bonus Tugas
Sistem insentif untuk mencegah
pekerja bekerja dengan akselerasi berlebihan, dinamakan bonus premium dan tugas.
Sistem ini menurunkan insentif sesudah keluaran melebihi denominator tertentu,
sistem bonus mempunyai tiga karakteristik berikut:
1. Waktu standar ditentukan atas dasar
produksi setara harian. Dibeberapa sistem, tugas tersebut relatif mudah dan
bisa dikerjakan oleh sebahagian besar karyawan, sedang pada sistem lainnya
tugas itu lebih berat dan hanya bisa dicapai oleh beberapa pekerja/karyawan
2. Bonus dibayarkan pada pekerja yang
menyelesaikan tugas berdasar patokan waktu atau lebih singkat dari patokan
tersebut. Selain bonus, pekerja juga menerima upah untuk waktu yang digunakan
selama menyelesaikan tugas. Bonus dapat berwujud sejumlah uang, atau persentase
dari tarif upah per jam dikalikan waktu yang dihemat, yakni selisih antara
waktu yang dimanfaatkan aktual dan patokan waktu yang ditetapkan
3. Pekerja yang tidak dapat
menyelesaikan tugas dalam waktu standar, dibayar dengan upah perjam. Karena itu
pekerja tidak pinalti sebagai akibat tidak dapat mencapai standar. Nilai dan
kegunaan dari sistem bonus tergantung pada kewajaran patokan dan upah yang
dapat dicapai oleh pekerja dengan kemampuan setara tanpa harus bekerja terlalu
cepat dan melelahkan.
Karakteristik
rencana kompensasi insentif
Paket kompensasi total seorang
manajer berisi tiga komponen sebagai berikut :
(Robert N Anthony, 2003:136)
(Robert N Anthony, 2003:136)
1.
gaji
2.
tunjangan
3.
kompensasi insentif
Kompensasi para manajer dalam
perusahaan besar cenderung lebih tinggi daripada kompensasi dalam perusahaan –
perusahaan kecil dan kompensasi dalam suatu perusahaan cenderung bersaing dengan
perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama, namun sulit
menyamaratakan kompensasi manajemen secara umum.
Ketiga komponen kompensasi tersebut
sifatnya saling tergantung, namun kompensasi insentif banyak berhubungan dengan
fungsi (proses) pengendalian manajemen. Studi yang dilakukan terhadap
pembayaran dan bonus yang diterima oleh 14.000 manajer di USA periode 1981
sampai 1985 sebanyak 70.284 observasi dari 219 organisasi menunjukkan bahwa,
rata-rata besarnya bonus adalah 20% dari gaji pokok. Namun terdapat perbedaan
yang besar antara perusahaan yang satu dengan lainnya, meskipun masih dalam
satu industri. Perbedaan proporsi pembayaran bonus lebih besar daripada
perbedaan proporsi gaji pokok. Ada tendensi bahwa perusahaan yang mempunyai
kinerja keuangan yang lebih baik memberikan bonus dalam rasio yang lebih besar.
Menurut Robert N Anthony didalam
buku sistem pengendalian manajemen terjemahan FX Kurniawan T bahwa rencana
kompensasi insentif dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Rencana insentif jangka pendek
adalah rencana insentif yang didasarkan atas pencapaian kinerja dalam tahun
tertentu
2. Rencana insentif jangka panjang
adalah rencana insentif yang berdasarkan atas pencapaian kinerja jangka
panjang. Biasanya berhubungan dengan harga saham biasa perusahaan.
Rencana
insentif jangka pendek
Sistem ini mencakup :
1.
Kelompok bonus secara total adalah
sistem bonus yang ditentukan oleh para pemegang saham berdasar rumus tertentu
untuk menentukan jumlah bonus yang dibayarkan dalam tahun tertentu.
Rumus tersebut biasanya dihubungkan dengan :
a. Profitabilitas perusahaan secara
menyeluruh untuk tahun tertentu atau jangka waktu yang lebih pendek daripada
satu tahun
b. Besarnya kompensasi untuk para
eksekutif yang dibayarkan oleh para pesaing perusahaan, sistem ini terdiri dari
beberapa metode untuk menentukan besarnya bonus :
§ bonus berdasarkan persentase tertentu dari laba
§ bonus berdasarkan persentase tertentu dari laba setelah
dikurangi return atas modal
§ bonus berdasarkan persentase tertentu dari kenaikan laba tahun
tertentu
dibandingkan laba tahun sebelumnya
§ bonus ditentukan dari perbandingan relatif profitabilitas
perusahaan
dengan industrinya
2.
Carryovers
Sistem carryovers adalah sistem bonus yang memungkinkan
komite bonus yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk memindahkan sebagian
bonus yang sudah ditentukan berdasar rumus tertentu ke tahun-tahun lainnya yang
bonusnya lebih rendah dengan tujuan besarnya bonus setiap tahun relatif merata.
Keunggulan carryovers
a.
lebih fleksibel
b.
dapat mengurangi jarak perbedaan pembayaran
bonus setiap tahun
2.
Penangguhan pembayaran
Atau deferred payment adalah cara penentuan bonus dihitung
setiap tahun namun pembayarannya pada para penerima disebarkan ke beberapa
tahun.
Kelemahannya itu :
1. Bonus yang diterima tidak sesuai
dengan kinerja tahun yang bersangkutan sehingga berdampak kecilpada motivasi
2. Jika seorang manajer keluar dari
perusahaan tersebut, mungkin tidak diberi pembayaran bonus yang ditunda.
Rencana
insentif jangka panjang
Digunakan untuk mencapai kinerja
profitabilitas jangka panjang. Rencana insentif jangka panjang menunjukkan
pertumbuhan nilai saham biasa. Insentif jangka panjang dapat didasarkan atas
beberapa metode, pemilihan metode yang dipakai dipengaruhi oleh:
1.
peraturan pajak penghasilan
2.
perubahan perlakuan akuntansi
3.
peraturan pasar modal
4.
peraturan perseroan terbatas
Metode rencana insentif jangka
panjang antara lain :
1.
Hak beli saham
Adalah hak yang diberikan kepada para manajer untuk membeli
sejumlah saham pada atau setelah tanggal tertentu dimasa yang akan datang dengan
harga yang disetujui pada saat hak tersebut diberikan. Biasanya harga
ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari harga pasar saham.
2.
Saham phantom
Adalah saham sejumlah tertentu yang dibukukan oleh
perusahaan untuk memberikan penghargaan (award) pada para manajer, dan saham
tersebut hanya dibukukan saja tidak langsung diberikan kepada para manajer.
Pada akhir jangka tertentu penghargaan ini dapat dibagikan pada para manajer
dalam bentuk
a.
kas
b.
saham
c.
kas dan saham
3.
Hak apresiasi saham
Adalah salah satu bentuk penghargaan diberikan kepada para
manajer berupa hak untuk menerima pembayaran kas berdasar kenaikan nilai saham
dari saat pemberian penghargaan sampai dengan tanggal tertentu di masa yang
akan datang. Insentif berdasarkan metode saham phantom dan hak apresiasi saham
mempunyai persamaan sebagai berikut :
a.
bonus yang diberikan dapat berbentuk
kas
b.
besarnya bonus dihitung dari selisih
harga saham perusahaan
c. lebih menguntungkan para manajer
penerima bonus karena tidak berisiko, bila dibandingkan dengan metode hak beli
saham yang mempunyai risiko tinggi.
4.
Saham kinerja
Adalah sejumlah saham tertentu yang diberikan kepada para
manajer sebagai penghargaan karena mereka dapat mencapai tujuan jangka panjang
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam persentase pertumbuhan laba per lembar
saham selama jangka panjang tertentu. Dari semua metode, metode ini paling
menguntungkan para manajer karena :
a. Faktor yang mempengaruhi bonus saham
kinerja lebih dapat dikendalikan oleh para manajer daripada dalam metode-metode
lainnya tersebut
b. Penghargaan berupa saham kinerja
tidak tergantung pada kenaikan harga saham, meskipun kenaikan laba per saham
dapat pula mempengaruhi kenaikan harga saham
Namun
metode ini mempunyai kelemahan karena :
a. bonus didasarkan pada pengukuran
kinerja berdasar akuntansi sehingga kelemahan akuntansi sebagai alat pengukur
kinerja melekat pada metode ini
b.
dalam kondisi-kondisi tertentu
misalnya inflasi, keberhasilan para manajer dalam meningkatkan laba per lembar
saham mungkin tidak memberikan sumbangan pada nilai ekonomi perusahaan.
5.
unit-unit kinerja
Adalah rencana pemberian bonus pada para manajer berupa
pembayaran bonus kas atas pencapaian target-target jangka panjang tertentu.
Metode ini merupakan kombinasi aspek-aspek metode hak apresiasi saham dan saham
kinerja, metode ini bermanfaat bagi perusahaan yang sahamnya tidak dijual atau
hanya sedikit yang dijual ke publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar